Rabu, 24 September 2014

Just Need Your Time, Oppa! (Part 1)


Aku hanya membutuhkan waktumu untukku. karena setiap hari, kau hanya berkutat dengan pekerjaanmu. Kumohon, berikan waktumu sedikit untukku. Karena aku tak yakin bisa menemanimu lebih lama –Kim Ji Woo—
#Author’s POV
Gadis itu menutup pintu apartementnya kasar. Dia benar-benar terlihat lelah saat ini. Pikirannya pun kini entah melayang kemana. Perasaan marah dan kecewa kini benar-benar memenuhi hatinya setelah mendengar sebuah kabar dari kekasihnya tadi. Setelah pulang dari tempat sang pujaan hatinya tadi, gadis berambut hitam panjang itu langsung pulang dengan keadaan kesal yang menggebu-gebu. Bagaimana tidak? Kekasihnya tadi baru saja mengatakan bahwa dia akan pergi ke Indonesia lusa untuk pekerjaannya. Padahal, baru 4 hari yang lalu pria itu bilang padanya jadwal keluar negerinya sedang kosong
.
Gadis yang bernama Kim Ji Woo itu memang mempunyai seorang kekasih berstatus seorang artis yang sangat terkenal. Kekasihnya ialah Lee Dong Hae, personil boyband Super Junior. Pria tampan dan mempesona itu memang sedang terkenal saat ini dengan grupnya. Dan tak jarang, ia sering pergi karena jadwalnya yang padat dan meninggalkan kekasihnya sendiri. Memang awalnya tak pernah disangka bahwa dia -Kim Ji- bisa berpacaran dengan idolanya sendiri. Tapi inilah hidup, sungguh sangat misterius. Dan hal ini sangat membuat dirinya bahagia.
Kim Ji menghempaskan dirinya di sofa apartementnya ini dengan kasar. Nafasnya tak teratur dan mirip dengan orang yang sedang marah. Pikirannya sungguh kalut saat ini dan dipenuhi oleh pertanyaan yang selalu diawali dengan kata ‘Mengapa?’. Memang Kim Ji sudah biasa ditinggal pergi oleh Dong Hae keluar kota bahkan keluar negeri dan waktunya pun tak bisa dikatakan singkat. Pasti memakan hari. Dan karena sudah menjadi biasa, Kim Ji-pun tak jarang merasakan bosan. Bosan pada hubungannya yang selalu terasa sepi.
“Mengapa oppa selalu meninggalkanku, eum? Tak bisakah kau meluangkan waktumu sedikit untukku? Aku sangat membutuhkan waktumu, walau hanya sebentar saja.” Tanpa sadar, cairan bening itu keluar dari kelopak mata Kim Ji setelah ia menggumam tadi. Di hubungan ini, dialah yang selalu bersabar. Dan entah sampai kapan dia bisa bersabar.

“Hae-ya, apa kau tak kasihan pada Kim Ji yang selalu kau tinggal keluar negeri? Dia terlihat sangat marah dan kecewa saat keluar dari dorm tadi.” Ucap Eunhyuk pada pria yang dari tadi hanya duduk diam sambil menduduk di depannya yang berstatus sebagai couple-nya itu. Pria yang sangat mempesona itu benar-benar merasa bersalah pada kekasihnya saat ini. Membuat gadisnya kembali kecewa. Bahkan ini sudah beberapa kalinya dia mengecewakan kekasih tercintanya itu.
“Hyeong, apa kau tidak berinisiatif untuk membatalkan jadwalmu? Kurasa Kim Ji saat ini sangat membutuhkanmu.” Suara seorang Choi Siwon kini terdengar. Pria yang dipanggil ‘hyeong’ itu akhirnya mendongakkan kepalanya, menatap keempat hyeong dan tiga dongsaeng yang berdiri di depannya.
“Tapi hyeong, itu tak mungkin karena jika aku membatalkan ini, aku yakin Prince Meneger akan marah besar padaku. Apalagi ini adalah konser Super Show di Indonesia. Aku tak ingin mengecewakan ELF disana.” Jelas Dong Hae sambil menunduk sedih. Semua yang ada di sana juga tampak berpikir keras. Mencoba mencari solusi untuk masalah salah satu teman mereka. Suasana seketika menjadi hening, semua member sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Kecuali Kyuhyun yang juga memainkan PSPnya.
“Hyeong, menurutku lebih baik kau datang menemui Kim Ji saja dan beri ia penjelasan. Aku tahu Kim Ji adalah gadis yang baik dan selalu bisa menerima sesuatu dengan sabar, walau dia sebenarnya sakit. Tapi setelah kita pulang dari Indonesia, kau harus mengajaknya ke tempat bermain untuk kalian bersenang-senang. Ya, anggap saja sebagai permintaan maaf.” Penjelasan panjang Kyuhyun tadi membuat hyeongdeulnya memandangnya penuh senyum. Kyuhyun memang orang ajaib, walau sedang berkutat dengan PSPnya itu, dia masih peduli dengan sekitarnya walau tak selalu.
“Kurasa Kyu ada benarnya juga, Hae-ah. Aku setuju dengannya.” Ujar Kangin dengan senyum mengembang dan di sambut anggukan oleh member lain. Memang jarang Kyuhyun peduli dengan sekitar jika dia sudah bekutat dengan PSPnya.
“Arraseo. Besok pagi aku akan ke rumahnya. Gomawo Kyu, gomawo semuanya.” Ucap Dong Hae dengan perasaan senang. Semua mengangguk. Walau dia tak tahu akan berhasil atau tidak, yang penting ia akan berusaha.

#Kim Ji’s POV
Hari minggu, hariku untuk beristirahat dari pekerjaanku yang sebagai fotografer. Jam digital yang terletak di meja sebelah ranjangku sudah menunjukkan pukul 08.30 AM, tapi aku masih berbaring tanpa semangat di ranjangku yang nyaman ini. Entahlah hari ini aku merasa sangat malas untuk melakukan sesuatu. Apa ini ada kaitannya dengan kekesalanku pada Dong Hae oppa kemarin? Ah, molla! Tapi hatiku saat ini sedang tak bisa merasakan kenyamanan. Hah…
jam-i wa jam-i wa i jit-eun nunmul kkeut-e kkeut-i wa nae bang
changmun bakk gwansim bakk deung dollin chaelo myeochilbami ga ne gieogi
cheoeum biga naelin nalbuteo jeoj-eun majimagkkaji
ginagin teoneol sog eodumdo kkumsog-eseon jogeum cheoncheonhi seumineunde
Suara ponselku yang melantunkan lagu Super Junior itu terdengar sangat menggangguku saat ini. Namun tetap saja aku biarkan. Penting sekali jika aku mengangkatnya. Apa dia tak tahu saat ini aku sangat tak ingin di ganggu siapapun. Huh~ aku tak peduli! Tapi, mendengar suara Dong Hae itu lama-lama membuat kupingku panas. Ah~ mengapa suara itu tak berhenti. Bahkan walau aku kesal padanya, suaranya yang khas itu bisa aku kenali dengan beberapa detik saja mendengarnya. Apalagi membedakan suara Dong Hae oppa dengan suara member Super Junior yang lain cukup mudah menurutku. Baiklah.. baiklah.. akan aku angkat telfonnya.
“Yeoboseyo..”
“Eonni, hari ini kau libur kan?” Ah, aku kenal suara ini. Dia Rara, sahabat dekatku dari kami masih kecil, sampai sudah bekerja seperti ini. Bahkan karena aku begitu dekat dengannya, ia sudah kuanggap sebagai adikku sendiri.
“Ne, tentu saja, Rara-ya. Waeyo? Kau mengganggu kedamaianku!”
“Aish~ aku hanya ingin mengingatkanmu, eonni. Jam 10 nanti, kita jadi ‘kan ke dokter untuk cek-up? Kau tak melupakannya kan?”
“Tentu aku tidak melupakannya. Sudahlah, kau ke rumahku saja nanti. Bye!”
Akhirnya sambungan telfon terputus. Aku sangat lelah mendengar celotehannya yang mengingatkanku untuk selalu cek-up. Huah~ aku begitu malas untuk cek-up saat ini. Apalagi datang ke tempat yang serba putih dan aroma obat yang sangat menyengat. Aish~ membayangkan tempat itu saja sudah sangat menyedihkan. Terlebih aku sering sekali mengunjungi tempat itu. Lebih tepatnya 3 kali seminggu. Walau sering, aku tak pernah bisa menghilangkan ketakutanku pada gedung yang bernama ‘Rumah Sakit’ itu.
Apa kalian bingung mengapa aku harus sering cek-up? Mau aku beritahu? Baiklah kalau kalian ingin mengetahuinya. Tapi kalian harus janji dulu jangan beritahu siapa-siapa termasuk personil Super Junior, apalagi Dong Hae oppa. Sebenarnya aku menderita penyakit kanker darah. Parah kah? Uisanim mengatakan ini sangat mengerikan. Tapi entahlah aku merasa tak terlalu mementingikan penyakit ini. Terserahlah, aku sudah menyerah dengan penyakit ini. Apa hanya tinggal menunggu kapan Tuhan akan memanggilku. Kurasa aku harus segera bersiap-siap sekarang.
#Author’s POV
Pria berpakaian hoodie biru muda itu berlarian di area parkir sebuah apartement. Dengan memakai masker, kacamata, dan topi pria itu terlihat terburu-buru memasuki apartement itu. Bahkan pria yang diketahui namanya adalah Lee Dong Hae itu lebih pantas dikatakan seperti penjahat yang sedang melarikan diri dari polisi yang mengejarnya. Bahkan dia banyak mendapat makian dari orang-orang sekitar sana karena dia menabrak mereka. Mungkin jika Dong Hae tak memakai penyamaran itu, orang-orang pasti akan langsung mengejarnya karena mengetahui baru saja personil Super Junior menabrak mereka.
Di dalam apartement itu pun, dia tetap berlari. Bisa dikatakan langkahnya cukup panjang dan cepat dengan tubuh kecil sepertinya. Dan tujuannya saat ini hanyalah kamar kekasihnya yang berada di lantai 7. Dia memang menepati perkataannya kemarin yang mengatakan bahwa pagi ini dia akan mengunjungi Kim Ji, kekasihnya. Dan dengan senyum mengembang, dia mulai berlari lebih pelan saat keluar dari lift.
1315. Nomor kamar itu akhirnya tertangkap juga oleh mata Dong Hae. Akhirnya ia sampai juga di depan kamar kekasihnya. Perasaan lega akhirnya dirasakan oleh Ryeowook. Tanpa hambatan apapun, dan rintangan apapun yang berarti, akhirnya dia bisa bertemu dengan kekasihnya yang ia rindukan itu.
CEKLEK. BRUK!
“Aww.. appoyo..”
Dong Hae seketika terperangah kaget saat mendapati Kim Ji yang duduk di depan pintu. Setelah membuka pintu apartement Kim Ji dengan dorongan yang bisa dikatakan cukup kuat, suara rintihan Kim Ji yang kesakitan itu terdengar oleh Dong Hae. Dengan cepat, ia menghampiri Kim Ji yang duduk tak berdaya di lantai itu. Dia berlutut menyamakan tingginya dengan Kim Ji tepat di sebelahnya.
“Aigoo~ Jinnie, gwaenchana? Mengapa kau duduk di depan pintu seperti itu? Apa kursimu di apartement ini kurang nyaman jadi kau duduk di lantai depan pintu seperti ini?” pertanyaan polos itu keluar lancar dari mulut Dong Hae. Mungkin ini efek karena sering berlama-lama bersama dongsaengnya, Ryeo Wook. Membuat gadis yang sangat berharap di tolong untuk berdiri itu geram. Kim Ji langsung saja berdiri dari tempatnya.
“Gwaenchana. Kursiku sedang di pinjam oleh tukang kursi untuk menguji coba. Untuk apa oppa kemari?” Tanya Kim Ji dengan nada ketus. Dong Hae yang tadi berlutut, kini langsung berdiri menghadap Kim Ji. Tak bisa terelakkan kalau sebenarnya masih ada rasa kesal di hati Kim Ji pada pria di depannya itu.
“Aku kesini karena aku ingin mengunjungi kekasihku. Apa tak boleh? Aku begitu merindukan kekasihku yang cantik ini.” Pria itu mulai menggoda gadisnya lagi. Dia mencubit pipi Kim Ji. Membuat semburat merah terlihat di pipi chubby Kim Ji. See, bahkan emosi gadis itu sudah menguap seketika.
“Tentu boleh. Tapi, mengapa tak menghubungiku dulu? Tak seperti biasanya.” Kim Ji menggembungkan pipinya kesal. Gadis manis itu bahkan terlihat sangat menggemaskan. Dan tingkahnya tersebut berhasil membuat sudut bibir pria itu tertarik.
“Aku kesini hanya ingin meminta maaf. Mianhae, Jinnie. Aku sering mengabaikanmu demi pekerjaanku. Maaf aku jarang mengajakmu pergi bersama-sama. Aku tak pernah membuatmu merasakan kebahagiaan seperti pasangan lainnya. Maafkan aku.” Kim Ji tersenyum mendengar penuturan Ryeowook barusan. Saling menatap mata masing-masing dengan dalam.
“Ne, oppa. Gwaenchana. Aku sekarang mengerti tentang pekerjaanmu. Maaf aku sering bersikap kekanak-kanakkan. Tetap menjadi idola untuk ELF, oppa.” Ujar Kim Ji dengan berusaha menahan air matanya. Dia memang sering kesal dengan tingkah Dong Hae yang sering mementingkan pekerjaannya sebagai Korean Idol. Tapi dia tak mungkin akan mengecewakan semua fans-nya demi egonya. Bukankah dulu Kim Ji juga pernah merasakan suka dukanya menjadi fans.
“Gomawo karena sudah mengerti aku.” Tanpa ada pembicaraan, Dong Hae langsung membawa Kim Ji dalam pelukannya. Pelukan hangat yang tiba-tiba menjalar ke tubuh Kim Ji. Memang pelukan ini sangat jarang mereka rasakan, dengan alasan yang sama. Spontan, Kim Ji membalas pelukan itu dan membenamkan kepalanya di dada bidang Dong Hae.
“Besok aku akan berangkat ke Indonesia. Aku tidak terlalu mengharapkan kehadiranmu, karena aku yakin kau pasti lelah dengan aktivitasmu sebagai fotografer dan ditambah mengurusi toko roti milik eommonim yang akan membuka cabang baru. Tapi aku mohon, tetaplah kirim foto-fotomu untuk mengobati rasa rinduku.”
“Arraseo, oppa. Aku akan mengirimkan banyak fotoku untukmu.” Mereka kembali menikmati kehangatan pelukan itu. Bahkan darah mereka sama-sama berdesir karena pelukan ini. Jantung mereka juga saling berdegup kencang. Namun tiba-tiba Kim Ji mendorong dada Dong Hae kuat sampai pelukannya terlepas. Dong Hae menatapnya bingung.
“Oppa, kau harus pulang sekarang!”
“Eh, MWO?”
#Kim Ji’s POV
Akhirnya dengan sedikit paksaan, Dong Hae oppa mau pulang ke dorm. Walau tersirat wajah tak tega saat dia keluar dari kamar ini. Tapi dia memang harus pulang. Jika dia tak pulang, itu akan menjadi sesuatu yang membuatku susah. Tak mungkin aku mengatakan padanya jika aku akan ke dokter untuk cek-up kondisiku. Dan tak mungkin lagi aku mengatakan jika aku mengidap penyakit kanker darah. Itu akan menghambat pekerjaannya dan membuatnya mengkhawatirkanku. Aku hanya ingin dia tetap focus dengan pekerjaannya tanpa mengkhawatirkanku. Sebagai seorang idola yang sangat di puja-puja oleh banyak gadis remaja di penjuru dunia.
Kini aku sedang duduk bersama Rara di depan dokter yang selama ini merawatku, Kwon uisanim. Setelah di lakukan berbagai pemeriksaan, seperti biasa pasti ada sesuatu yang akan dokter setengah baya ini sampaikan padaku dan Rara. Tak perlu kaget, ini sudah biasa. Dan pasti akan ada kabar buruk setelah ini. karena memang aku sudah mulai merasakan tubuhku yang semakin lama semakin lemas.
“Aku akan langsung ke intinya. Nona Kim, kurasa kanker darah itu semakin parah saja. Kanker yang nona derita kini sudah memasuki stadium akhir. Sepertinya kanker ini hanya bisa disembuhkan oleh pengobatan yang tepat secepatnya. karena jika tidak, aku takut nona tak akan bisa sembuh.” Seketika jantungku berhenti berdetak, dadaku terasa sesak. Kenyataan yang sangat pahit namun harus aku terima. Stadium akhir? Tak akan bisa sembuh? Yang benar saja! Apa hidupku harus seperti ini? Mati muda di saat umurku masih 24 tahun? Menyedihkan.
“Apa Kim Ji harus melakukan pengobatan di luar negeri untuk mendapatkan hasil yang terbaik, uisanim?” Rara terlihat sangat antusias mendengar penjelasan uisanim dan kemudian bertanya. Aku rasa pikirannya juga kacau mendengar berita barusan.
“Boleh saja. karena di rumah sakit ini, peralatannya tidak secanggih rumah sakit di luar negeri. Aku mempunyai teman dokter di Canada. Jika kau mau melakukan pengobatan ini, beritahu aku, akan ku bicarakan dengan temanku.”
“Ah, arraseo uisanim. Akan kupikir-pikir dulu.”
“Ne. Tapi secepatnya kau memutuskan karena kanker tak pernah menunggu. Kanker itu akan terus merambat dan rasa sakitnya akan semakin menjadi-jadi.”
“Arraseo, uisanim. Gamsahamnida.”


Cerpen Karangan: Jinnie Kim
Facebook: http://www.facebook.com/dhea.safitri524

Share This!



1 komentar: