Rabu, 01 Oktober 2014

Into Your World (Part 1)


Di sebuah planet yang bernama Wonder sedang terjadi perang, pangeran mahkota Seto Koji dari kerajaan South Sky beserta kekasihnya Michiko Yamada yang seorang prajurit melarikan diri ke sebuah planet yang bernama Earth yang damai, tentram dan indah. Setidaknya itu yang Nampak dari planet Wonder.
Michiko adalah prajurit manusia setengah srigala yang jatuh cinta kepada pangeran mahkota yang jenisnya sama dengannya, manusia setengah srigala. Keduanya memengang sebuah batu ajaib yang bisa menghantarkan mereka ke segala tempat, segala dimensi dan juga segala waktu sesuai keinginan.
Keduanya mulai berpegangan tangan, dengan wajah yang babak belur dan tubuh yang kesakitan, mereka memejamkan mata. Mengucapkan mantera batu itu. Kemudian batu itu mulai bereaksi. Batu itu bergetar, semakin lama getarannya semakin kuat. Didampingi dengan cahaya yang semakin lama semakin menyilaukan dan hampir membuat buta jika orang melihatnya.

“ibu, aku mau makan cokelat lagi…” rengek seorang anak bernama Afi. Ia sudah remaja, namun kelakuannya masih seperti anak kecil. Karena gemar makan, tubuh Afi jadi lebih berisi ketimbang teman-temannya.
“Lho, 5 menit yang lalu kan kamu sudah makan cokelat 5 bungkus. Kamu mau lagi? Kamu nggak mikir bentuk badanmu itu?” jelas sang ibu sembari memasak pesanan catering.
“Yang penting aku bisa makan dan tidak kelaparan” jawab Afi santai
Si Ibu hanya bisa mengelus dada. Ia juga tak tega jika harus membatasi makan anaknya.
Di sisi lain…
“Argh..” rintih Michiko
Kedua pasangan itu terlempar dari batu ajaib itu. Mereka terdampar di sebuat bukit hijau. Kuping dan ekor serigala mereka masih belum mereka sembunyikan. Karena menyembunyikan dan mengeluarkan kuping dan ekor mereka juga membutuhkan energy, sedangkan saat ini tenaga mereka terkuras untuk menghindari peperangan dan juga untuk teleportasi yang baru saja mereka lakukan.
“Michiko…” panggil Koji mencari sumber rintihan kesakitan. Dengan sisa tenaga yang ada, Koji berdiri, mencari Michiko. Dengan langkah yang goyah, Koji menghampiri Michiko yang terbaring lemah. Tenaga Michiko sudah terkuras habis untuk melindungi Koji. Kemudian Koji jatuh tersungkur di samping Michiko. Setelah tidur berdampingan, Koji menggenggam tangan Michiko.
“Syukurlah, kita masih selamat dan dapat bersama” kata Koji dengan senyuman penuh lega. Kemudian matanya mulai tertutup perlahan. Keduanya terlelap, kehabisan tenaga.
Dua hari kemudian kedua pasang manusia setengah serigala itu baru sadarkan diri. Keduanya Nampak bugar setelah beristirahat selama 48 jam. Kini, mereka dapat menyembunyikan kuping dan ekor mereka, serta bersembunyi dari incaran musuh yang mungkin akan menangkap mereka kelak..

“Selamat pagi ibu guru” sapa murid-murid pada wali kelas mereka yang kebetulan mengajar mereka pada jam pelajaran pertama.
“Selamat pagi anak-anak. Bagaimana kabar kalian hari ini?” sapa ibu wali kelas berbasa-basi.
“Baik buuuu~” jawab serentak para murid.
“Langsung saja, hari ini kalian mendapat dua orang teman baru” kata ibu wali kelas dengan senyumannya yang menyilaukan.
“Whooaaa” celetuk para murid yang lagi lagi serempak.
“Baiklah, murid baru. Silakan masuk” kata ibu wali kelas ramah.
Kemudian, masuklah sepasang siswa-siswi yang berpostur bagus, nampak serasi satu sama lain. Melangkah masuk kelas penuh dengan kepercaya diriian tanpa memasang wajah sombong.
“Baik perkenalkan diri kalian secara singkat. Dimulai dari kamu Koji” lanjut ibu wali kelas
“Baik, perkenalkan nama saya Seto Koji. Panggil saja Koji. Saya murid pindahan dari Jepang. Salam kenal dan mohon bantuannya” kata Koji memperkenalkan diri kemudian senyum mautnya membuat para murid puteri berteriak histeris.
kemudian dilanjutkan dengan perkenalan Michiko yang tak kalah hebohnya.
“Perkenalkan, nama saya Michiko Yamada. Panggil saja Michiko. Sama seperti Koji-san, saya murid pindahan dari Jepang juga. Mohon bantuannya” kata Michiko kemudian memberikan senyuman manisnya yang membuat murid putera heboh.
Bahkan insting serigala Koji sempat keluar ketika Michiko digoda salah satu murid putra. Namun dengan cepat Michiko dapat mencegah dan menenangkan Koji.
“Koji dan Michiko bisa menempati kursi yang kosong.” Jelas ibu wali kelas kepada dua murid baru itu.
Kemudian Michiko duduk di sebelah seorang murid putri yang berwajah lucu.
“Halo, namaku Michiko. Salam kenal” kata Michiko memperkenalkan diri pada teman sebangkunya.
“Namaku Afi. Salam kenal” jawab teman sebangku Michiko malu-malu.
Michiko terlihat sangat menyukai Afi. Dari awal berteman, ia langsung menempel padanya. Mungkin, karena Michiko merasa aman dan nyaman ketika dekat dengan Afi.
Michiko dan Koji sudah mulai terbiasa dengan tempat baru mereka. Tak perlu belajar bahasa, dengan menjejakkan kaki di bumi dan dimana Negara itu, mereka langsung dapat menguasai bahasa nasional dan daerah setempat.

Sedangkan planet dimana mereka berasal, sedang terjadi kebingungan. Sang mahkota raja tengah kebingungan mencari pangeran mahkotanya. Ia menugaskan seorang peri untuk mencari dan melindungi calon penerusnya itu hingga perang berakhir.

Tak terasa sudah lebih dari seminggu Koji dan Michiko sudah berada di bumi. Mereka mulai Nampak menyerupai manusia seutuhnya.
Pada Selasa pagi, pelajaran pertama dimulai. Ibu wali kelas memasuki ruang kelas.
“Selamat pagi bu…” sapa para murid yang selalu kompak
“Selamat pagi anak-anak~ Bagaimana kabar kalian hari ini?” sapa ibu wali kelas basa-basi seperti biasanyaa.
“Baik buuu” jawab para murid
“Anak-anakku, ternyata kalian hari ini punya teman baru lagi”
“Waaah, kayaknya kelas kita fresh banget banyak murid barunya” celetuk salah satu murid.
Ibu wali kelas hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
“Baiklah, langsung saja. Mari masuk nak” kata ibu wali kelas
Sejurus kemudian, seorang murid putra memasuki ruang kelas. Suasana kelas terasa berbeda ketika murid baru itu masuk.
Suasana tiap-tiap orang berubah menjadi tenang, damai dan penuh dengan kasih sayang. Namun, ada 2 orang yang tidak merasa seperti itu. Koji dan Michiko justru Nampak kaget melihat kedatangan murid baru itu.
“Perkenalkan nama saya Tomo Yanagishita. Kalian dapat memanggil saya Tomo. Saya pindahan dari Jepang. Salam kenal dan mohon bantunannya” kata murid baru itu memperkenalkan diri tak lupa ia memamerkan senyum manisnya yang membuat wajahnya semakin rupawan. Bahkan ada beberapa siswa yang sampai mimisan melihat senyumannya itu.
“Baiklah Tomo silakan duduk di sebelah Afi” kata ibu wali kelas, matanya Nampak berbinar melihat ketampanan Tomo.
Kemudian Tomo berjalan menuju tempat duduknya. Michiko pindah tempat duduk karena koji tidak ingin jauh-jauh darinya, sehingga Afi terpaksa harus duduk sendiri.
Dari pandangan Afi, Tomo terlihat begitu bersinar. Seperti ada berlian yang mengitarinya sehingga menyilaukan mata. Afi hanya terperangah meliahat Tomo yang berjalan ke arahnya. Wajah Tomo dan segala sesuatu yang ada pada diri Tomo penuh dengan pesona. Tomo bak malaikat yang turun dari surga. Memberikan ketenangan, dan kedamaian kepada semuanya.
“Perkenalkan, namaku Tomo” kata Tomo
“N.. na.. namaku Afi” jawab Afi terbata-bata. Kini mata Afi benar-benar terbuka, ia benar-benar melihat malaikat di depannya. Afi menggeleng-gelengkan kepala, untuk menyadarkan dirinya dari pesona Tomo yang begitu indah.
Bel istirahat pun berbunyi. Para murid keluar kelas untuk pergi ke kantin, kecuali 3 orang.
Suasana berubah menjadi tegang. Koji nai pitam. Ia tak menyagka bahwa akan ada utusan datang, padahal ia sudah mengirim pesan kepada ayahnya untuk tidak mengirim perlindungan untuknya karena bisa memancing musuh datang, terlebih utusan yang dikirim adalah Tomo. Pesonanya begitu kuat, sehingga musuh dapat mencium dan mendeteksi keberadaan mereka.
“Bisakah kau meninggalkan kami? Kembalilah ke Wonder. Jika kau disini mungkin kita justru tidak akan selamat” kata Koji.
“Tidak, tidak mungkin aku pergi begitu saja setelah aku datang. Orang-orang akan curiga” jawab Tomo tenang
“Cih.. lalu apa gunanya kekuatanmu? Kau itu punya telepati dan juga bisa mempengaruhi pikiran dan perasaan orang. Kenapa kau tak gunakan, hah?” kata Koji yang emosinya juga tak menurun.
“Tidak, aku tau dimana aku harus memakainya. Aku juga bisa berfikir, kapan aku harus meninggalkan tempat ini dan kembali ke Wonder”
“Baiklah kalau itu maumu”
Ketika perjalanan pulang ke rumah
“Michiko, apakah kamu kenal Tomo? Seperti apa orangnya? Baikkah dia?” Tanya Afi
“Ummm, iya aku kenal Tomo. Orangnya ya seperti apa yang kau lihat tadi. Iya dia baik” jawab Michiko sesingkat mungkin. Ia takut kalau jati diri mereka terkuak dengan cepat.
“Jawabanmu singkat dan tidak jelas. Huh, ya sudah deh nanti lagi tanyanya” kata Afi setengah ngambek. Ia melanjutkan makan ice cream cokelatnya dengan nikmat. Sampai-sampai ia tidak memperhatikan jalan.
TEEEEETTT… suara klakson truk yang sangat tidak santai.
Jantung Afi serasa hamper berhenti. Ia hampir saja tertabrak truk tadi. Ia selamat, meskipun jatuh tersungkur.
Tak sadar, Afi menduduki seseorang. Matanya langsung terbelalak kaget.
“To.. tomo” kata Afi kaget. Sontak, ia langsung berdiri. Ia berniat untuk melarikan diri. Namun gagal, karena Tomo menahannya.
“Oi, apa kau mau melarikan diri? Setidaknya bertanggung jawablah atas yang kau perbuat” kata Tomo
“Eh?” celetuk Afi tak sadar, ia langsung menoleh. Melihat ke arah Tomo.
Wajah dan baju Tomo kotor, karena tumpahan ice cream Afi.
“Gyaaa, maaf! Akan ku bersihkan!” kata Afi menyesal.
Kini, mereka duduk di bangku taman. Afi membersihkan wajah Tomo. Afi begitu mengagumi bentuk wajah Tomo. Dari kulitnya, sampai bentuk tulang penyusun wajahnya. Semua terlihat sangat rapih dan sempurna.
“Sesempurna itukah diriku sampai kau begitu mengagumuku?” Tanya Tomo setelah membaca pikiran Afi.
Afi terkaget dan juga bingung, bagaimana bisa Tomo mengetahui apa yang ia fikir dan rasakan, bahkan ia juga merasa takut. Belum sempat Afi menjawab. Tomo sudah berbicara lagi.
“Tak perlu takut, aku bukan pria yang macam-macam” kata Tomo
Mendengar pernyataan itu, Afi lega. Melihat Afi mengeluarkan ekspresi seperti itu, Tomo tersenyum. Tomo merasa nyaman dengan Afi, meskipun mereka jarang mengobrol walaupun mereka teman sebangku. Tomo juga sering membaca pikiran Afi, menurut Tomo Afi adalah orang yang menarik.
Dari hari itu, Tomo dan Afi semakin dekat. Tomo mulai merubah Afi. Merubah kebiasaan buruk Afi. Tomo mulai mengingatkan bagaimana kesehatan Afi jika ia selalu makan sesuka hati. Tak hanya itu, nilai Afi yang pas-pasan bahkan hancur, kini berangsur-angsur membaik. Tomo sama sekali tidak memanjakannya, namun ia melatih Afi untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Demi masa depan Afi kelak, bukan untuk Tomo.
Setelah beberapa bulan mereka jalani, kini Afi berubah. Menjadi gadis cantik yang pintar.
“Tomo, nanti ada acara sosial organisasiku. Mau ikut?” ajak Afi
“Boleh, ke panti asuhan kan?” Tanya Tomo
“Kau ini cenayang atau apa? Aku bahkan belum memberi tahu siapapun tentang hal ini. Kau ini manusia kan?” ucap Afi bingung
Tomo agak kaget. Ia takut jati dirinya akan terungkap. Ia tak ingin menyakiti Afi.
Sepulang sekolah, Afi, Tomo dan teman satu organisasi Afi datang ke sebuah panti asuhan. Mereka tercengang karena keadaan yang begitu…
“Yosh.. karena kita sudah sampai sini. Mari kita bantu menghidupkan panti asuhan ini lagi” kata Afi semangat. Kemudian disusul teriakkan semangat dari yang lainnya.
Afi dengan dibantu satu temannya mengepel lantai kelas. Sebagian perempuan menyapu halaman depan dan belakang. Sebagian putra ada yang membersihkan kamar mandi, dan sisanya melakukan perbaikan bangunan. Seperti membenarkan genting, membenarkan papan nama panti asuhan, dan juga mengecat.
Seharian penuh mereka lakukan untuk kerja bakti sosial di panti asuhan tersebut. Kerja bakti sosial mereka selesai cukup lama. Pukul 7 semua pekerjaan baru selesai.
“Terimakasih anak muda atas perhatiannya pada panti asuhan ini. Semoga tuhan membalas kebaikan kalian hari ini” kata ibu pemilik panti asuhan.
“Tidak perlu sungkan bu, ini memang sudah menjadi kewajiban untuk membantu satu sama lain bukan? Kalau begitu kami pamit dulu. Terimakasih untuk hari ini” kata Afi mewakili teman-teman yang lain.
“Baiklah kalau beguitu. Hati-hati di jalan pulang ya anak-anak. Sekali lagi terimakasih” kata ibu pemilik panti asuhan sambil melambaikan tangan pada semua anak yang telah kerja bakti di panti asuhannya.
Semuanya berpencar, berjalan menuju rumah masing-masing. Namun Tomo mengantarkan Afi terlebih dahulu sebelum ia pulang ke markas. Hati Tomo tak tenang malam itu.
“Tomo, lihatlah bintang itu! Sinarnya terang sekali” kata Afi sambil menunjuk salah satu bintang
“Benarkah?” Tanya Tomo cuek.
“Sepertinya bintang itu tambah besar Tomo, seperti semakin mendekat ke kita. Sinarnya makin lama juga semakin terang” jelas Afi
Tomo mendongak, melihat ke langit. Rahang Tomo mengeras.
Kemudian sesuatu yang dahsyat jatuh di depan mereka. Cahayanya sangat terang, bisa membuat orang buta jika melihatnya.
Seringai dari wajah seseorang langsung nampak di pengelihatan Tomo.
“Akhirnya ketemu juga” suara dari seberang sana..
“Tomo, aku akan menangkapmu” suara itu lagi berkata.
“Etto..” gumam Tomo gelisah
Mata Tomo menyipit, memastikan. Sejurus kemudian, mata Tomo langsung terbelalak. Ia melihat musuhnya. Atsuko, malaikat jahat dari kerajaan lawan.
“Ada apa Tomo? Apa ada meteor jatuh di depan kita?” tanya Afi kebingungan
Belum sempat membalas pertanyaan Afi, mereka mulai diserang. Atsuko menembakkan bola-bola api ke arah mereka. Dengan cekat, Tomo melindungi Afi. Tanpa sadar, dengan gerakkan yang sangat cepat ia juga mengeluarkan sayapnya. Kemudian Tomo berteleportasi ke markkas dengan membawa Afi juga tentunya.

Cerpen Karangan: Uci Pradipta
Blog: ulalabilanglompat.blogspot.com

Share This!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar